Peluang yang Terkunci di Kabupaten
(case real, tapi tokoh dan lokasi disamarkan)
Latar Belakang
Kabupaten Sawang Utara adalah daerah dengan potensi luar biasa di sektor pariwisata dan pertanian dataran tinggi. Namun, dalam dua tahun terakhir, pendapatan asli daerah (PAD) stagnan di angka Rp97 miliar per tahun, padahal proyeksi potensi riilnya mencapai Rp200 miliar. Investasi minim, APBD boros, dan program-program tidak berdampak signifikan.
Bupati Rizal Fadillah terpilih dengan visi “Sawang Mandiri 2025”, tetapi tekanan publik terhadap kinerja fiskal pemerintahannya meningkat. Fraksi oposisi mulai mengangkat isu “mandeknya PAD” sebagai bukti kegagalan kepemimpinan.
Masalah:
- Target PAD tidak pernah tercapai dalam dua tahun.
- Banyak program “copy-paste” dari tahun ke tahun tanpa review dampak.
- Tidak ada perencanaan investasi strategis berbasis keunggulan lokal.
- Beban belanja rutin di atas 70% APBD.
Solusi LKSP: “Optimalisasi APBD & PAD”
LKSP masuk melalui paket layanan “Optimalisasi APBD & PAD” dengan tiga langkah utama:
Kajian Fiskal dan Rekomendasi Strategi PAD
- Audit potensi PAD tersembunyi seperti retribusi kawasan wisata, parkir, dan kemitraan CSR industri kecil.
- Identifikasi kebocoran PAD, khususnya dari data sektor informal.
Mapping & Proposal Investasi Strategis
- Membuat paket investment deck untuk sektor pariwisata dataran tinggi dan pengolahan hortikultura.
- Mengidentifikasi mitra potensial melalui pendekatan public-private partnership (PPP).
Evaluasi Program & Perencanaan Efisiensi APBD
- Review 3 tahun terakhir program dan capaian output.
- Membantu TAPD (Tim Anggaran Pemerintah Daerah) dalam menyusun skema program berdampak tinggi dengan anggaran hemat.
Apa yang Terjadi
- LKSP menyerahkan dokumen Strategi PAD dan Efisiensi APBD 2025.
- Bupati membawa investment deck ke Jakarta dan berhasil membuka peluang kerja sama awal dengan BUMN pariwisata.
- Beberapa dinas menolak melakukan refocusing karena “sudah terbiasa” dengan pola lama.
- TAPD hanya menyerap sebagian usulan efisiensi karena kekhawatiran gejolak internal birokrasi.
Output dan Dampak
- Target PAD tahun berjalan meningkat 12% dari tahun sebelumnya — pencapaian tertinggi selama 4 tahun terakhir.
- Dua kawasan wisata mulai ditata ulang dengan dukungan investor.
- Belanja program mengalami penghematan Rp25 miliar, dialihkan ke program UMKM.
- Namun, realisasi investasi berjalan lambat karena masalah perizinan dan kesiapan lahan.
Post Analisis : Mengapa hasil tidak maksimal?
- Reformasi fiskal membutuhkan perubahan budaya birokrasi, bukan hanya teknokrasi.
- Investasi memerlukan penyederhanaan regulasi dan kepastian lahan, bukan sekadar proposal menarik.
- Beberapa SKPD tidak merasa memiliki urgensi atau insentif untuk mendorong peningkatan PAD.
Lesson Learned
- Pendekatan optimalisasi APBD harus dibarengi political will yang kuat dari kepala daerah, dan komunikasi intensif dengan OPD.
- Strategi PAD yang efektif adalah yang berbasis data, tetapi juga disosialisasikan sebagai misi bersama seluruh OPD, bukan beban satu dinas.
- Setiap dokumen investasi harus disertai langkah-langkah percepatan perizinan dan champion lokal yang mendampingi eksekusi.
.